BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagian besar penduduk Indonesia masih
bekerja dalam sector pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Menurut
statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000
di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan berdasarkan
teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di lading,
dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.
Adapun
desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa daerah di
Minahasa. Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di Jawa,
Madura, Bali dan Lombok.
Teknologi
bercocok tanam di lading memerlukan tanah yang luas. Biasanya para petani
dahulu hidup berpindah-pindah, karena mencari lahan yang baru untuk di tanam,
namun sekarang petani menetap karena teknologi pertanian yang maju untuk menyuburkan
tanah seperti pupuk, adapun cara bercocok tanam dahulu juga berbeda dengan
sekarang misalnya dulu hanya mengandalkan hujan namun sekarang bias dibuat
sumur atau bendungan persediaan air.
Dengan
alasan itulah penulis ingin mencoba memahami pengertian serta hal-hal yang
berkaitan tentang kebudayaan masyarakat agraris. Adapun isi dari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Maka dari itulah perlunya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi menyempurnakan pembelajaran ini.
BAB
II
Kebudayaan
Masyarakat Agraris
1. PENGERTIAN
Berbicara
tentang masalah primitif, maka kita akan berbicara tentang kehidupan masyarakat
desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan agraris,
yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang
pertanian. Desa sebagai penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat
kota.
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
- Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
- Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
- Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.
Maju
mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya
ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi
(geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa.
- Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan.
- Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi
yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu
wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat
kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok
mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
2. CIRI-CIRI MASYARAKAT AGRARIS
Masyarakat
pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama
anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban
demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama.
Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat
di luar batas-batas wilayahnya.
Sistem
kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.
3. KEGIATAN MASYARAKAT AGRARIS
Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah
adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah,
memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong
semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani
hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk
kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran.
Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :
- Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)
- Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa)
Lebih
dari 82 % masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian
agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka
yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah
masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan,
tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun
mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga
cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan berkelanjutan.
Di
Indonesia, aktivitas gotong roypng biasanya tidak hanya menyangkut lapangan
bercocok tanam saja, tapi juga menyangkut lapangan kehidupan social lainnya
seperti:
a. Dalma hal bencanya atau musibah,
contohnya: kematian, sakit atau kecelakaan.
b. Dalam hal pekerjaan rumah tangga,
contohnya: memperbaiki atap rumah, menggali sumur, dll.
c. Dalam hal pesta, contohnya:
pernikahan, kitanan, dll.
d. Dalam hal kepentingan umum,
misalnya: membuat irigasi, jembatan, jalan, dll.
4. PERKEMBANGAN MASYARAKAT AGRARIS
Masyarakat agraris sebenarnya tidak
stagnan; mereka berkembang dan berubah seperti kita namun pada tingkatan laju
yang lebih rendah. Perubahan lambat yang menjadi nyata selama berpuluh-puluh
atau beratus-ratus tahun dan selama periode yang demikian kita dapat mencirikan
kecenderungan jangka-panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya.
Kecederungan untuk menjadi sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris
selalu saja terjadi dan telah mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan
pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka
hidup secara turun-temurun.
BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat agraris adalah
masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dengan bercocok tanam baik di sawah
dan di perkebunan. Kehidupan masyarakat ini masih jauh dari moderenisasi dengan
kata lain mereka hidup sederhana secara tradisional. Adapun kebudayaan yang ada
bersifat gotong-royong yang diidentik dengan adat istiadat pedesaan.
Mereka
berkembang sangat lamban karena tekhnologi dan informasi masih minim serta
pengetahuan dan skill yang terbatas. Hal itu menyebabkan mereka hidup dalam
kesederhanaan. Namun ada juga masyarakat agraris yang hidup berkecukupan karena
berbagai faktor seperti kekuasaan, berilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi
yang memadai.
Penduduk
desa juga terlibat dalam pekerjaan di
luar sector pertanian, seperti membuka warung makan, atau pergi ke kota disaat
bukan musim panen. Biasanya mereka menjadi pekerja jalan atau buruh bangunan.
Menjadi tukang warung diraskannya lebih menaikan gengsinya dari pada menjadi
buruh tani, pekerja jalan atau tukang becak.
Dalam
hamper semua komunitas desa, semua anggota pamong desa, dan para guru desa,
pasti memiliki tanah , sawah, dan tegalan. Sebagian dari tanah itu di sewakan
dan bagi hasil atau mereka gadaikan kepada petani lkain dan sebagian mereka
kerjakan sendiri. Demgan demikian mereka lebih sering berada di sawah daripada
dibelakang meja tulis atau di ruang kelas. Meskipun demikian mereka lebih
senang di sebut sebagai pegawai pamong praja atau guru karena pegawai
membuatnya lebih bergengsi.
2 komentar:
Sangat bermanfaat. Like like
Hanya butuh 1 ID bisa main 8
Jenis Permainan dan menjadi Jutawan.
Ayo Gabung bersama kami Bosku.
arena-domino.net
Buktikan Sendiri Bossku!
Posting Komentar